Monday 6 April 2015

Be The Person You Portrayed

Bismillah,

Dengan Nama Allah Yang Maha Penyayang Lagi Maha Mengasihi,
Selawat dan salam buat junjungan besar Rasulullah dan para sahabat baginda.

Assalamualaikum.

Semoga kalian-kalian dalam redha Allah hendaknya.

Setelah aku berkira-kira, akhirnya aku tuliskan jugak entry ni. 

Dan, sejujurnya, sebab dah dibelasah teruk dengan kata-kata yang bersifat kesedaran di laman twitter, aku gagahkan tangan untuk menaip.

Dan pastinya ini untuk aku dan juga aku kongsikan untuk kalian.

Jadi, analoginya begini.


Kalian dihadiahkan dengan sebuah kotak yang sangat kemas balutannya, segala perinciannya sangat menarik dan sudah tentu kalian tidak sabar untuk membukanya bukan?

Image result for hadiah

Jadi, akan ada dua jenis manusia.

Satu, yang membuka dengan berhati-hati, dicari punca selotape dan berhalus-halusan agar kertas yang membalut hadiah itu tidak koyak.

Dua, ditarik sahaja kertas pembalut itu, biarlah koyak, asal isinya dapat diketahui dengan segera.

Dan, apakah perasaan kalian, andai kotak yang begitu cantik itu, kosong isinya?
Kotak yang dibalut dengan perincian yang menarik itu tidak berisi apa-apa.
Hanyalah sebuah kotak kosong yang tak ada gunanya.

Pastinya kalian ada yang rasa dipermainkan, bukan? Atau kalian rasa ada orang yang ingin sabotaj kalian mungkin?


Tapi, jauh di sudut hati, pastinya kalian akan merasa hampa. Expectation yang tinggi dengan bayangan hadiah menarik yang bakal diperolehi itu hancur berkecai ibarat jatuh ditimpa tangga. ceh!




Hadiah yang berbalut kemas itu merupakan kita, umat Islam,
Tangan yang tidak sabar membuka balutan itu ibarat mereka yang bukan Islam,
Isi kotak itu adalah Islam itu sendiri.

Kita, diri kita bertanggungjawab menyampaikan imej Islam ke pentas dunia. Lalu, mereka yang melihat timbul rasa ingin tahu. Namun, apabila disingkap satu-persatu ternyata isinya kosong. Isinya hilang. Islamnya tidak ada.

Islam dalam diri kita tidak ada, hanya sekadar kotak kosong yang tak punya apa-apa. Mana mungkin Tuhan akan merasa bangga. Mana mungkin Islam diberi kemenangan. Andai jiwa-jiwa kita, masih kosong, andai hati-hati kita masih lemah. Ya, lemah itu tak mengapa, cuma kita perlu selalu bangkit. Bukan hanya terus-terusan membiarkan diri hanyut lantas lemas dengan kelemahan sendiri.

Jadi, jujur aku katakan, aku juga ibarat buih-buih di lautan, yang nampaknya cantik, tapi rapuh sekali, senang sekali hanyut dengan arus laut yang membadai ke sana dan ke mari. Namun, sampai bila harus aku kekal menjadi buih itu.

Aku lemah, kita lemah, tapi Allah yang mampu menguatka kita. Carilah Islam, timbalah ilmu-Nya, agar kotak yang berbalut kemas itu tidak lagi kosong isinya. Bahkan, isinya mampu bermanfaat dan menggembirakan seluruh dunai yang melihatnya.

Assalamualaikum,
          ~ha~





No comments:

Post a Comment